Rabu, 11 Desember 2013

MUHAMMADIYAH DI KOTA DEPOK

Muhammadiyah di Kota Depok  telah berdiri sejak diresmikannya Cabang Muhammadiyah Kota Depok, yakni pada tanggal 30 September 1961. Tanggal tersebut berdasarkan surat pengesahan dari Pengurus Besar (PB) Muhammadiyah Yogyakarta dengan Surat Keputusan (SK) Nomor: 1514/A, tanggal 19 Rabiulawal 1381 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 30 September 1961 Miladiyah.    
Depok  ketika itu adalah sebuah wilayah kecamatan yang cukup luas yang wilayahnya meliputi Depok lama, Pancoranmas, Sukmajaya, Beji, sampai Bojonggede. Kecamatan Depok pada waktu itu berada di bawah kordinasi pemerintahan Daerah Tingkat II Kabupaten Bogor Jawa Barat. 

Adapun sarana transportasi kala itu masih sangatlah jauh dari memadai. Saat itu kondidi jalan masih sangat tradisional sekali artinya hanya berlapiskan tanah yang pada saat kemarau bertahtakan debu dan bila hujan bertahtakan lumpur. Masih sangat sedikit jalan yang berbatu apalagi beraspal. Hubungan antar desa hanya dihubungkan oleh jalan tanah yang rusak disana-sini dan pada musim hujan becek serta licin, sehingga kalau kurang hati-hati akan menyebabkan kita jatuh terpeleset. 

Alat transportasi yang menghubungkan Depok dengan kota Jakarta dan Bogor yang sangat berperan saat itu adalah kereta api.  Hubungan antara desa hanya  dilakukan atau dilalui dengan sepeda atau jalan kaki. Kendaraan berupa mobil dan sepeda motor pada waktu itu masih tergolong langka. Jalan Margonda yang menghubungkan antara kecamatan Depok dan kecamatan Pasar Minggu masih parah. Pada waktu musim kemarau kotor dan berdebu. Di musim hujan becek dan berlumpur. Bahkan penggal jalan antara Pondokcina dan kecamatan Depok seperti kubangan kerbau dan sangat sulit dilalui oleh kendaraan bermotor.
        
        Kalau anda ingin berkunjung ke Depok pada sekitar enam puluhan dan maksud ingin menemui Pimpinan Cabang Muhammadiyah Depok dengan menumpang kereta api, janganlah anda turun di stasion Depok (Depok lama), karena dari sana anda harus berjalan kaki tidak kurang dari 6 km. Tapi turunlah di stasion Pondokcina (sebelah utara stasion Depok), dan disini anda mulai menjumpai denyut nadi dan sinar kerlipan Muhammadiyah. Tidak jauh dari stasion kereta api Pondokcina, berdiri sebuah perguruan Muhammadiyah yang sederhana. Dinding bagian bawahnya terdiri dari batu bata dan dinding bagian atasnya terbuat dari papan nama “Perguruan Muhammadiyah Cabang Depok” nampak mencolok dan sangat jelas dari kereta api yang anda tumpangi.
           
          Berjalanlah  kearah barat, setelah melewati perkebunan karet dan persawahan yang cukup luas dan sepi, anda akan tiba di sebuah kampung yang bernama Kukusan.
Di kampung Kukusan inilah Muhammadiyah Cabang Depok bermarkas, meskipun tanpa kantor dan sarana penunjang lainnya di sebuah kampung kecil yang sunyi dari keramaian. Dari Kukusan inilah Muhammadiyah mulai mengepakkan sayapnya yang kecil dengan kegigihan dan ketekunan dari para pemimpinnya. Diawali dengan berdirinya Muhammadiyah Ranting Kukusan, kemudian berdiri ranting-ranting di Serengseng (Beji Timur), dan di Bojong Pondokcina. Serengseng adalah sebuah kampung yang terletak di sebelah barat stasion kereta api Pondokcina. Sekitar tahun 1979, penduduk kampung ini dipindahkan ke lokasi yang baru yaitu Kapling Beji Timur, yang sebelumnya merupakan perkebunan karet yang cukup luas. Sedangkan lokasi Serengseng dan kampung-kampung berada di sekitarnya digunakan untuk pembangunan kampus Universitas Indonesia.
             
         Kini Depok telah berkembang pesat. Jalan-jalan beraspal berbentang di pusat-pusat kota, bahkan sampai ke pelosok-pelosok. Di sepanjang jalan raya Margonda berdiri gedung-gedung mewah dan megah berupa kantor-kantor, bank-bank, show room dan lain-lain. Bahkan hotel, apartemen mewah serta mal dan gedung-gedung pusat perbelanjaan yang megah dan modern telah hadir di sana. Dalam kurun waktu beberapa dasawarsa ini Depok bagai disulap dengan lampu aladin. Dari perkampungan kumuh yang sulit dijangkau kendaraan roda empat, menjadi daerah perkotaan yang megah dan modern. Dan kemacetan lalu lintas menjadi menu sehari-hari yang hingga saat ini belum teratasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar